Senin, 21 Februari 2011

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

PENGANTAR

A. Latar belakang Sejarah Psikologi Lingkungan

Diperkenalkannya Field Theory oleh Kurt lewin yang menjadi salah satu langkah awal dari teori yang mempertimbangkan interaksi antara lingkungan dengan manusia .

Terdapat istilah lain yang mendahului istilah Psikologi Lingkungan antara lain Ekologi Psikologi yang berkembang tahun 1943 oleh Lewin. Pada tahun 1947, Rober Barker Dan Herbet Wright memperkenalkan seting perilaku (Behavior setting) suatu unit ekologi kecil yang melingkupi perilaku manusia sehari-hari. Istilah Psikologi Arsitektur (Architectural psychology) pertama kali diperkenalkan ketika konferensi pertama di Utah pada tahun 1961 dan tahun 1966. Jurnal yang diterbitkan pada tahun 1960an pun banyak yang menggunakan istilah psikologi Lingkungan dan perilaku (Environmental and behavior). Baru pada tahun 1968, Harold Proshanky dan William Ittelson memperkenalkan program tingkat doctoral di bidang Psikologi Lingkungan (Environmental Psychology) di CNUY (City Univercity of NewYork).


B. Definisi Psikologi lingkungan

adalah ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam.
Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang memengaruhi sikap dan mental manusia.
Apabila kebudayaan dan kearifan lokal kita pahami sebagai perjuangan manusia untuk mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti pokok dari pelajaran psikologi lingkungan.

Soedjatmoko, seorang ahli sosiologi, mengungkapkan harapannya untuk mengangkat mawas diri dari tingkat moralisme semata-mata ke tingkat pengertian psikologis dan historis dan mengenai perilaku manusia. Dalam hal ini beliau memberikan pengertian tentang moralisme dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh psikologis historis suatu lingkungan, tempat orang tersebut bersosialisasi dengan masyarakat binaannya.

Sementara Hardjowirogo, seorang antropolog, menulis bahwa tidak ada jaminan akan keefektifan mawas diri. Ungkapan itu telah surut menjadi sekadar penghias buah bibir. Perubahan zaman telah membawa pula fungsi mawas diri menjadi pengucapan belaka.
Sebagai contoh, tengok saja yang terjadi di zaman sekarang. Kini, banyak orang yang tinggal di dalam lingkungan baik dan religius, namun perilakunya sangat tidak mencerminkan lingkungan tempat dia tinggal. Meskipun orang tersebut sangat kenal dengan moral yang baik, belum tentu orang tersebut akan berlaku baik. Karena ternyata lingkungan sosial di zaman sekarang tidak bisa membentuk pribadi seseorang.

Seseorang bisa saja tinggal dalam lingkungan pesantren yang selalu diajarkan akidah dan akhlak yang baik. Namun, sifat dasar manusia selalu penasaran dan ingin mencari kebenaran sendiri dengan mencari perbandingan sendiri.


C. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Proshanky (1947) melihat bahwa psikologi lingkungan memberi perhatian terhadap manusia, tempat serta perilaku dan pengalaman-pengalaman manusia dalam hubungannya dengan setting fisik. Lingkungan fisik tidak hanya berarti rangsangan-rangsangan fisik saja terhadap objek-objek fisik saja, tetapi lebih dari itu kompleksitas yang terdiri dari beberapa setting fisik dimana seseorang tinggal, berinteraksi dan beraktifitas.

Ruang lingkup psikologi lingkungan lebih jauh membahas :
rancangan (desain), organisasi dan pemaknaan, ataupun hal-hal yang lebih spefisik seperti ruang-ruang, bangunan-bangunan, ketetanggan, rumah sakit dan ruang-ruangnya, perumahan, apartemen, museum, sekolah, serta setting lainnya pada lingkup bervariasi.

Sosiologi memiliki kedekatan dengan psikologi lingkungan, perbedannya terletak pada unit analisisnya. Jika pada sosiologi unit analisnya adalah unit-unit pada masyarakat seperti penduduk kota, pemetintah, dan sebagainya, sedangkan psikologi lingkungan unit analisisnya adalah manusia dan kumpulan manusia sebagai individu. Jenis-jenis lingkungan dalam sosiologi lingkungan yang beberapa diantaranya juga digunakan dalam psikologi lingkungan adalah (Sarwono,1992) :
1. Lingkungan alamiah seperti padang pasir, pegunungan, dan lain-lain
2. Lingkungan buatan atau binaan seperti taman kota, jalan raya, jalan tol, gedung pencakar langit, dan sebagainya
3. Lingkungan social
4. Lingkungan yang dimodifikasi

Sementara itu, Veitch dan Arkkelin (1995) mengatakan bahwa psikologi lingkungan adalah suatu area dari pencarian yang bercabang dari cabang disiplin ilmu lain seperti biologi, kimia, fisika, psikologi, geografi, ekonomi, sosiologi, sejarah, filsafat, beserta sub disiplin ilmu dan rekayasanya. Oleh karena itu, berdasarkan ruang lingkupnya, maka psikologi lingkungan ternyata selain membahas setting-setting yang berhubungan dengan manusia dan perilakunya, juga melibatkan disiplin ilmu yang beragam.


D. Ambient Condition dan Architectural Features

Dalam hubungannya dengan lingkungan fisik wrighstman dan deaux (1981) membedakan dua bentuk kualitas lingkungan yang meliputi:
1. Ambient Condition
Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound, Cahaya atau penerangan, Warna, Kualitas udara, Temoeratur, Dan kelembapan.

2. Architectural Features
Yang tercakup didalamnya adalah seting-seting yang bersifat permanen. Misalnya di dalam suatu ruangan, Yang termasuk di dalamnya antara lain kofigurasi dinding, Lantai, Atap, Serta pengaturan perabot dan dekorasi.



SUMBER :
http://raraajah.wordpress.com/2011/02/15/pengantar-pendekatan-teori-dan-metode-psikologi-lingkungan/
http://www.anneahira.com/psikologi-lingkungan.htm
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/pengantar-psikologi-lingkungan/
http://ochapsikologikelompok.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar