Sabtu, 29 Mei 2010

Deteksi Autis Dari Tidur Bayi

TEMPO Interaktif, Amerika – Mengamati pola tidur bayi anda bisa menjadi salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya gangguan perkembangan si kecil. Sebuah studi dari University of Florida menyebutkan risiko autis dan disleksia (ketidakmampuan belajar disebabkan kesulitan membaca dan menulis) dapat diketahui dari pola tidur bayi yang baru lahir.

“Kami menemukan gejalanya dari pola tidur bayi yang baru lahir,” kata psikolog University of Florida, Dana Byrd. Menurut dia, anak yang baru berusia satu hingga dua hari dengan waktu tidur 16 sampai 18 jam sehari dapat belajar atau menyerap informasi dan pengetahuan dengan cepat.

Untuk mengetahi bagaimana bayi yang baru lahir mulai dapat "belajar", Byrd bersama rekan-rekannya mengetes kemampuan belajar dengan cara menyenandungkan nada kepada bayi-bayi yang sedang tertidur sambil menghembuskan angin lembut ke kelopak matanya secara berulang-ulang. Dua puluh menit kemudian, 24 dari 26 bayi yang masih tertidur itu menggerak-gerakkan kedua kelopak matanya secara bersamaan ketika musik masih menyala tanpa hembusan angin.

Selain mengamati gerakan pada kelopak mata, para peneliti juga menggunakan alat perekam gelombak otak untuk mengetahui sistem kerja syaraf pada otak. Hasilnya, terjadi perubahan atau pergerakan syaraf pada 24 bayi yang menggerakkan kelopak matanya sebagai tanda pembaruan ingatan. "Metode ini dilakukan untuk mengetahui kerja sistem syaraf pada saat anak-anak masih terlelap,” katanya.

Byrd mengatakan, penelitian sebelumnya menyebutkan pendeteksian kemampuan respon syaraf hanya dapat dilakukan ketika bayi sedang terjaga. “Jadi ini adalah penelitian terbaru yang dilakukan ketika bayi masih terlelap,” katanya. Tenyata dalam waktu tidur bayi baru lahir yang sangat panjang itu, menurut Byrd, mereka tetap dapat menyerap informasi dan merespon informasi tersebut dengan tepat.

Dengan adanya respon melalui gerakan kelopak mata tadi, artinya struktur syaraf, khsusnya cerebellum -bagian dari otak besar- pada otak bayi itu berfungsi dengan baik. "Artinya, ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi autis dan disleksia," katanya.

Namun, dia menjelaskan, pola tidur anak yang baru lahir ini tidak dapat diterapkan pada anak yang sudah besar atau orang dewasa karena tidur pada anak baru lahir lebih "damai" tanpa dipengaruhi detak jantung dan nafas dapat berubah-ubah dengan cepat.

Selain itu, otak pada anak yang baru lahir memiliki syaraf yang masih kenyal sehingga memungkinkan perubahan dalam sistem syarafnya. "Anak yang baru lahir mudah beradaptasi karena otak mereka mulai belajar menyesuaikan diri,' katanya.

Hasil penelitian tim ini sudah dipublikasikan pekan ini di Proceedings of the National Academy of Sciences. Penelitian ini dilakukan terhadap bayi yang baru berusia satu atau dua hari.


http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2010/05/19/brk,20100519-248835,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar