Sabtu, 29 Mei 2010

Pentingnya Pendidikan Seks bagi Anak Autis

text TEXT SIZE :
Share
Pada anak autis, masa puber terkadang datang lebih awal atau justru kadang datang lebih lambat. (Foto: gettyimages)

MENGENALKAN pendidikan seks terhadap anak autis ternyata tetap harus dilakukan. Tujuannya agar mereka mengetahui fungsi bagian tubuhnya. Meski harus terus berulang mengenalkan pendidikan seks, alangkah baiknya dilakukan sejak awal daripada terlambat.

Yunda Kusuma, 42, seorang ibu dari anak autis berusia 15 tahun, mengakui dia tidak mengenalkan pendidikan seks sejak dini. Akibatnya, sang anak yang bernama Seno ini kerap memegang alat vitalnya di depan umum, bahkan sering juga dia meraba bagian tubuh sensitif orang lain secara tiba-tiba.

”Dia sering sekali memegang dada sang terapisnya saat melakukan terapi,” ujar Yunda.

Yunda mengatakan bahwa hal itu sudah terjadi sejak Seno beranjak umur 10 tahun. Saat dilarang melakukan hal tersebut, dia akan mengamuk sejadi-jadinya. Hal itu yang mengakibatkan Seno jarang dibawa ke tempat-tempat umum seperti mal, karena takut terjadi halhal yang tidak diinginkan oleh Yunda.

”Seno seperti tersinggung saat dilarang,” ucapnya.

Sejak kejadian itu, Yunda mulai memperkenalkan pendidikan seks kepada anaknya, dimulai dari mengenalkan anggota tubuh yang sensitif. Walaupun belum menghentikan kebiasaan tersebut, Seno kini sedikit mengerti bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan tidak baik.

Praktisi terapi perilaku dari Yayasan Intervention Service for Autism and Developmental Delay (ISADD) Indonesia, Dra Dini Oktaufik, mengatakan bahwa sebaiknya anak tetap diberikan pendidikan seks sejak dini. Sebab, pendidikan seks bukanlah melulu berbicara tentang hubungan suami-istri.

“Pendidikan seks bisa mencakup hal-hal seperti pemberian pemahaman tentang perkembangan fisik dan hormonal seorang anak serta memahami berbagai batasan sosial yang ada di masyarakat,” ujar Dini saat menjadi pembicara dalam acara Tanya Jawab Seputar Autisme, di Finansial Hall Graha Niaga, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dini menjelaskan, seks merupakan sesuatu yang alamiah. Pada anak autis, masa puber terkadang datang lebih awal atau justru kadang datang lebih lambat. Dalam masa puber inilah terjadi perubahan hormonal yang berdampak pada anak yang mengalaminya. Baik anak perempuan maupun laki-laki, bisa juga mengalami perubahan fisik saat mengalami puber.

”Pendidikan seks memang jarang sekali diajarkan pada anak autis, mungkin salah satu penyebabnya karena keterbatasan orang tua tentang apa saja yang harus dipelajari anak tentang seks,” ungkapnya.

Dini menyebutkan, beberapa masalah yang sering muncul dan dilakukan anak autis di antaranya kebiasaan memegang kemaluannya, memperhatikan bagian privat tubuh orang lain, yang kemudian menyentuhnya.

“Tak perlu kaget jika anak masturbasi karena itu dorongan naluri. Yang penting, ajarkan anak agar tidak melakukannya di sembarang tempat,” tandas Dini.

Ajarkan anak untuk memahami privasi dan bagian-bagian tubuh mereka sendiri, agar kejadian yang sering dilakukan anak semisal memandang bagian tubuh sensitif orang lain serta menyentuhnya, tidak lagi dilakukan anak. Dan yang terpenting, sebaiknya tidak banyak menasihati secara verbal kepada anak autis, karena hal tersebut tidak diproses dalam otaknya. Umumnya, anak autis lebih menyerap sesuatu secara visual.

“Hilangkan pikiran tabu tentang seks saat mengajarkan pendidikan seks kepada anak,” pesan Dini.


http://lifestyle.okezone.com/read/2010/05/29/196/337423/pentingnya-pendidikan-seks-bagi-anak-autis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar