Sabtu, 29 Mei 2010

Pengalaman menyekolahkan anak ‘special need’ 6

kisah ini diambil dari http://puterakembara.org/rm/Sharing.shtml
sebuah kisah dari seorang ibu (Ibu Wiwie) yg mempunyai anak dengan kebutuhan khusus.

inilah kisahnya lanjutannya.

Untuk Thomas, awal pindah ke sekolah baru (SS), saya minta dia tetap di Kindy (play group). Pertimbangannya, walaupun usia dan kemampuan akademis cukup untuk ke TKA, tujuan utama kami adalah bisa bersosialisasi dengan teman-temannya (social mainstream). Thomas masuk Kindy tanpa shadow aid, karena guru-gurunya confidence untuk mengatasi Thomas di kelas. Saya juga percaya saja, karena melihat mereka begitu cekatan dan kelihatannya tahu persis bagaimana mengatasi Thomas saat ngambek dan bagaimana cara menjawab pertanyaan teman-teman sekelas tentang perilaku Thomas yang kadang aneh buat mereka. Dan selama trial juga terbukti Thomas menikmati dan cukup bisa mengikuti pelajaran, walaupun bi-lingual.

Setelah 2 bulan di Kindy, kami kembali bertemu guru dan kepala sekolah untuk membicarakan perkembangannya. Thomas disarankan mencoba ke TKA, karena secara akademis jauh diatas teman-temannya, sehingga setelah lebih dulu selesai mengerjakan tugas, dia selalu minta tugas tambahan atau mengganggu teman-teman dengan perilakunya.

Akhirnya naiklah Thomas ke TKA dan masalah akademis cukup teratasi. Teman-teman barunya yang mungkin karena lebih dewasa daripada di Kindy, ternyata lebih bisa menerima, menyayangi dan sangat memperhatikan Thomas. Pada akhirnya peranan mereka memang sangat besar, karena mulai Januari 2003, ‘social influence’ dari mereka sangat besar buat Thomas. Untuk mengatasi kelemahan Thomas (misalnya naik lift dan takut suara keras) bahkan berhasil dengan mengikut sertakan mereka dalam outdoor terapi dan playday.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar